Artikel ini telah direview dan disetujui oleh tim medis kami
“Jangan marah-marah terus, nanti darah tinggi.”
Pernah dengar kalimat seperti itu? Emosi yang meledak-ledak memang sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi alias hipertensi. Tapi, benarkah mudah marah bisa jadi penyebabnya? Yuk, cari tahu faktanya di artikel ini.
Saat kita marah, otak akan melepaskan hormon adrenalin. Hormon ini membuat detak jantung meningkat dan pembuluh darah menyempit, sehingga tubuh terasa lebih bertenaga dan siap menghadapi kondisi yang menegangkan secara fisik. Karena itu, tidak heran kalau tekanan darah seseorang bisa naik saat sedang marah.
Jawaban singkatnya: tidak. Belum ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa sering marah langsung menyebabkan hipertensi jangka panjang. Meskipun marah dapat meningkatkan tekanan darah dan membuat jantung berdetak lebih cepat, ada faktor lain yang turut berperan dalam kondisi tersebut.
Melainkan, emosi yang tidak dikelola dengan baik bisa mendorong perilaku tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, atau pola makan buruk—semuanya berisiko memicu hipertensi. Selain itu, stres kronis juga bisa memperburuk kondisi lain seperti gangguan kecemasan, depresi, dan penyakit jantung.
Marah adalah reaksi emosional yang wajar, sehingga tidak perlu menahan atau menolak emosi tersebut, melainkan menyalurkannya dengan cara yang lebih sehat. Berikut beberapa aktivitas yang bisa membantu Anda mengelola kemarahan dan menghindari kebiasaan buruk sebagai pelampiasan.
Melakukan aktivitas fisik adalah salah satu cara paling efektif untuk meredakan amarah. Saat tubuh dipenuhi adrenalin, Anda sebenarnya sedang membutuhkan pelampiasan fisik untuk menyalurkan energi berlebih tersebut. Cobalah olahraga ringan seperti jogging, jumping jacks, menari, atau latihan kekuatan seperti push-up, sit-up, dan plank.
Tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan jantung, olahraga juga merangsang produksi hormon endorfin dan dopamin, dua hormon yang dikenal bisa memperbaiki suasana hati, membuat Anda merasa lebih tenang dan bahagia.
Cara lain yang bisa Anda coba adalah menuangkan pikiran melalui journaling atau menulis diary. Aktivitas ini bisa menjadi bentuk meditasi ringan yang membantu Anda menenangkan diri setiap kali merasa marah atau stres.
Menulis diary bertujuan untuk "mengeluarkan" isi pikiran yang sedang bergelut, sehingga Anda lebih mudah mengenali dan meregulasi emosi. Selain itu, menulis juga dapat membantu Anda melihat situasi dari sudut pandang yang lebih jernih dan objektif. Hasilnya, Anda akan merasa lebih tenang.
Saat Anda merasa marah, cobalah untuk berhenti sejenak dan menarik diri dari situasi yang memicu emosi. Luangkan waktu di tempat yang sepi, aman, dan nyaman, lalu fokus pada pernapasan Anda. Teknik mindful breathing atau pernapasan sadar merupakan salah satu bentuk meditasi yang terbukti efektif meredakan stres dan menenangkan pikiran.
Menurut studi yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology, pernapasan dalam yang dilakukan secara perlahan dan teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan merilekskan sistem saraf. Dengan rutin melatih teknik ini, Anda bisa lebih mudah mengelola emosi, termasuk saat marah.
Itulah fakta tentang kemarahan dan hipertensi. Kesimpulannya, meskipun sering marah dan stres bisa meningkatkan tekanan darah dan berpotensi memicu kebiasaan buruk yang berdampak negatif pada kesehatan, kemarahan itu sendiri tidak langsung menyebabkan hipertensi jangka panjang. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola emosi dengan cara yang sehat, agar tidak terjebak dalam pola perilaku yang merugikan kesehatan.
Artikel Sebelumnya Makanan Ini Ternyata Bisa Picu Hipertensi, Lho! |
Artikel Berikutnya Sindrom Metabolik: Gejala, Penyebab, dan Faktor Risiko |